Saturday, August 25, 2007

Sajak sajak Saiful Bahri

Saiful Bahri. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris semesterakhir. sedang mengakhiri studinya. kesehariannya bergelut dengan akting di Sanggar Altar Ciputat.


KERANGKA

Kerangka jalan ini hampir rampung

Dipenuhi segala yang hambar, dan aku masih terapung

Menghapus memar hatiku yang memerah

Terkelupas sedikit kaku yang mencengkram dengan desah

Bulir-bulir anji menggelinding di lidahku yang membasah

Membasuh tanganku meraba kerikil

Membasuh kakiku merayap bara

Kerangka jalan ini menuju ketiadaan dari ketiadaan

Sementara cinta telah ku berikan

Sementara kasih telah ku kerahkan

Dan kerangka ini pun membingkiskan sementara

Aku tak membutuhkan seribu jawaban pada seribu hari

Tapi, aku butuh satu pertanyaan pada setiap menit

Dan kerangka ini pun tersulam dari waktu dan pertanyaan.

Ciputat, 6 Maret 2005


BERSAMA MALAM

Entah sudah berapa malam aku terdiam

Bersama langit yang sama

bersama bintang-bintang yang sama

gelap yang sama

serta tetes-tetes embun yang membasahi

kening keriput dan penuh jerawat

lalu kau

hanya meludahiku

dengan senyum

kala.

rangkaian yang terputus

usah kau rajut kembali

kau harus memikul dengan temali

dan pandang yang belum kau kenali

kau pilin dengan sangat jeli

kemuidian kau memalingkan wajahmu

dengan malu-malu.

Ciputat, 10 September 2005



REMBULAN TERCAKAR

Ketika rembulan tercakar awan hitam

Jemarimu merenggut malam

Hatiku basah menerpa terang

Lidahmu kelu terkulum berang.

Aortaku mengeja jalanku

Pikirku mereka-reka alpaku

Masihkah tergeletak sisa-sisa makna?

Yang kuletakkan di bibir malam bersama

Telusur mata menjamah aspal hangat

Peka telinga menjalar udara menyengat

Temaram kalbu mengenggam bintang-bintang

Meski terseok menggerayangi lereng-lereng siang.

Kini awan kelam tersapu hembus angin

Di tepi jalan sebuah jembatan dan lengang hati

Dan gemericik air yang jatuh di raut yang dingin

Menitip tutur, menyapa tentram pada mulut hari.

Jakarta, 21 April 2005


TANDA GERAK

Duniaku adalah sungai yang tak pernah kering

Mengalir di sejuta riak

Bergemuruh pada ribuan sorak

Di hiasi buih-buih mimpi

Menghilang retak tepian

Segala peluh yang menyatu kesegaran

Tak keruh di timpa kerikil

Membaur titik-titik entah

Berserak tanda-tanda gerak

Duniaku melibat segala tuntut

Yang melahirkan cekik.

Membuntut kehendak tiada makna

Sedikit rasa yang tak terasa.

Siasat jitu di setiap tugu

Menjadi perisai penampik keliru.

Segala ruah melimpah sampah

Duniaku mengenal gerak-garak yang tanda.

Ciputat, 15 April 2005


JARING SINAR

Ke mana jaring sinar mata bening itu?

Yang bertengger di pucuk malam dalam kelu

Mereguk waktu dengan ribuan kedip mata

Dan secarik kertas mengeja harum mawar di lenganku

Sebuah tembang lunglai yang gemulai

Menyeret tubuh ke dasar mimpi

Mengabaikan sepoi angin resah

Memaku hati melepas kesah

Kau layak apa?

Mencipta hingar otakku

Mendirikan bingar telingaku

Menekan dadaku terpatri

Menjengkelkan wajahku

Sepasang tanganku kaku

Ingin kaukah mengiris mata

Mau kaukah menyeret angan gulita

Ciputat, 14 April 200

No comments: